Masih di tengah suara gaduh serangga-serangga malam. Terdengar sayup denting piano mengiringi dua manusia berjalan menuju altar. Dua-duanya berpakaian putih. Seorang pria menunggu di depan terlebih dahulu. Gadis itu menggandeng lengan ayahnya sambil sesekali tersenyum. Sang pria berdiri dengan sedikit keringat di pelipis.
Ucap setia itu mengikat cinta dalam nuansa agung dengan nama Cahaya di atas cahaya. Binar-binar itu kian indah dari pancaran matanya. Duhai, tawa lepas pun mulai mengisi kebun hijau dengan botol-botol anggur.
Namanya ditambah di ujung kelak. Mereka akan tahu makna dari bercinta melawan tiran. Ada penyusup di jiwa yang mencoba mencari arena untuk sebuah pengkhianatan. Jangan biarkan dia masuk, Nyonya! Dia lebih tahu sisi gelap dengan terang. Dia tahu cara menggelitik kokohnya keyakinan. Hanya satu cara menepisnya; kesucian dahagamu menyempurna menuju Cinta lewat caramu bertukar rasa dengannya. Menoleh sesekali saja ke jari manismu dan kau tahu itulah surgamu.
Bandung, 28 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar