Beberapa tahun lalu barangkali hanya sekedar kecerobohan yang dilekatkan padamu. Lama-lama aku tahu kau tak lebih dari jalang! Menggadaikan diri. Menenggelamkan hati menuju kesepakatan dan enggan menjulurkan tangan.
Aku tahu kehidupan dimulai ketika detak ini ada dan berakhir di kematian. Datang dan pergi sendiri. Namun, tahukah kau bahwa dalam menyempurna selalu ada orang lain di samping karena bahkan Tuhan pun tahu kita tak sanggup sendiri? Jadi, jangan bersikap tak ada apa-apa ketika tangismu sempat kau titipkan padaku.
Ah, apa yang membuatmu senang berdusta, kawan? Berpura-pura dalam bayang lain itu kebohongan juga, bukan? Dan jangan ajari aku tentang surga. Aku tahu letak surgaku sendiri. Bahkan barangkali kelak aku tak ingin menemuimu disana.
Doakan aku. Bah! Basa basi yang paling aku benci. Ketika doa saja dibalut kepalsuan, apa sesungguhnya maksudmu? Tak bisakah kau berdoa sendiri? Tak sanggupkah kau menjadikan doa sebagai puisi paling romantis dalam keintiman dengan Tuhan? Kau ingin semesta mendoakanmu. Kebodohan apa lagi ini? Bahkan semesta pun tanpa pamrih berbuat demi hidupnya dan tak meminta doa dari selain dirinya.
Aku mulai menyandarkan bahu pada tembok-tembok dingin. Sikapmu lebih membuatku beku, kawan. Aku ditukar hanya untuk ketiadaan sekejap. Aku tak beranjak. Aku tahu rasa sakit itu. Maka, aku berikan selimut di malammu. Aku tak pernah butuh terima kasih. Namun, apa maksudmu bicara tentang Tuhan? Kau pikir Tuhan hanya milikmu? Kau pikir Tuhan tak pernah menyuruh kita untuk saling berbagi rintih? Apa yang kau tahu tentang Tuhan?
Aku bulatkan tekad. Kini aku enggan memberi tahu makna luka pada diriku sendiri. Lap yang kau lempar masih terasa di ujung jari kelingking kakiku. Ucapmu padanya masih ku simpan di langit-langit kamar. Kau sibuk dengan Tuhan seolah hanya kau yang miliki.
Oya, dari dulu aku benci kata maaf. Aku tak suka pengumbar maaf. Aku tahu kepalsuan itu. Walaupun begitu, kopiku tak akan pindah ke wajahmu. Kemarilah sebentar saja. Aku akan bisikan padamu; naif!
*terinspirasi dari sebuah pesan singkat seorang teman beberapa malam lalu.
Bandung, 5 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar