Kamis, 16 Agustus 2012

Bintang Barat Daya-2

Seorang teman berkata dalam perbincangan malam hari, "semesta itu senang berkonspirasi. Ada album mimpi yang terwujud setelah belasan tahun aku simpan". Ya, ini hanya sekelumit rasa yang aku coret dalam catatan kecil kemana pun aku pergi. Tinta alakadarnya menjadi bagian dari hidup yang bersaksi atas keindahan setiap langkah bijak-Nya.

Beberapa waktu lalu, tawa yang terukir berjam-jam sempat membuatku cukup tenggelam ke dalam serbuan rasa. Ada yang membuatnya menjadi sedemikian utuh. Barangkali ini hanya bagian kecil yang menjadi suci ketika senyuman tulus itu hadir tiap seminggu tiga kali. Rutinitas pagi yang jauh lebih hangat dari sinar mentari dan secangkir kopi.

Dia membawa cermin dan mengajari cara menatap diri. Kesantunan yang memiliki sentuhan eleganitas tinggi yang justru diberi pada tiap kokok ayam jantan yang kadang kurang ajar membangunkan waktu, ketika aku butuh berbaring dengan lugu. Seringkali ada puisi yang tiba-tiba terucap kala semua orang hanyut dalam selimutnya untuk menghindari dingin dan terlelap. Suatu saat, ketika aku terbangun, ada dia yang menatapku teduh. Ada rasa yang sebegitu mendorong untuk tumpah. Jika pun iya, jangan biarkan tumpahannya membangunkan dia yang tidur di sampingmu. Itu pesanku padamu, kawan.

Apa yang membuatmu santun, duhai bintang barat dayaku? Tahukah kau, aku di timur menggenggam sedikit harap dan memintamu untuk sejenak saja mengantarkan aku pada kesantunan yang kau dapatkan disana. Kota kecil Britania Raya. Tempat orang beradu lelah dan memasang simpul-simpul asa kala berlibur. "Aku berikan bantalku, namun aku tak akan mengizinkanmu bermain hingga larut bersama Rocky," celotehmu. Aku pun tertawa. Rocky seekor anjing springer spaniel kesayangannya yang seringkali mengganggu obrolan kami.

Aku siapkan secarik kertas karena aku bahkan tak sanggup menatapmu. Keindahan-Nya terpancar dari kesantunan yang tidak aku dapatkan disini. Suatu saat nanti, aku berpuisi, "saat mereka berlari kecil dan saling mengejek, kita duduk manis sambil meminum teh hangat di sore hari. Kau bertanya, mengapa mereka begitu lugu? Aku menjawab, barangkali ada yang kau sisipkan pada dongeng malamnya. Giliranmu malam ini, sahutmu"


*terinspirasi dari sebuah puisi di pagi hari saat Valentine.

When I look out to the night sky
Will I see it before daylight?
Your soul reflecting back to me
Through my eyes connecting me
I wonder what life could be without the world around me
With the only sound I could hear
Being my own heart beat
That would be the day you're here
That would be the day you're near
If the would be so kind to be my valentine

By Luke Perry

Meretas selaksa haluan pada masing-masing jalannya. Mari sejenak lumpuhkan kepulan dan kita minum teh di halaman belakang sembari menghirup aromanya. Tuhan kita sama. Kita ada dalam kerajaan-Nya, duhai bintang barat daya.


Bandung, 29 Mei 2011

Tidak ada komentar: