Saya lupa tepatnya kapan. Saya hanya ingat kabar itu didapat dari jejaring sosial pagi hari. Lagi-lagi tentang tubuh perempuan yang menjadi objek seksual. Kali ini jauh lebih biadab. Saya tertegun dengan berita itu. Duka ini menimpa seorang bayi berumur 8 bulan. Saya tidak bisa membayangkan pukulan mental bagi sang ibu. Bayi mungil yang masih lucu-lucunya itu telah diperkosa! Peristiwa ini terjadi di Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Berinisial NF. Bayi tersebut awalnya diculik lewat jendela. Beberapa hari kemudian, dia ditemukan di sebuah perahu nelayan dalam keadaan terikat dan terluka parah. Saya hanya berpikir dengan usia sedini itu dan berhari-hari, mekanisme apa yang ada dalam dirinya hingga masih bisa bertahan? Saya ragu pelaku memberinya makan. Hingga saya tulis berita ini, belum ada info lanjutan yang saya dapat.
Korban masih hidup. Setahu saya, dua hari setelah berita diturunkan melalui jejaring sosial dan munculnya gerakan amal, barulah ada reportase dari sebuah stasiun TV swasta. Setelah itu, turun info mengenai sang bayi malang tersebut. Mereka menceritakan keadaan terkini tentang bayi NF yang dipasang kateter dan kejang-kejang tiap kali buang air kecil atau buang air besar. Entahlah, saya sendiri masih menahan ngilu tiap membaca berita mengenai pelecehan seksual dalam bentuk apa pun. Lebih jauh lagi, saya masih sering mengutuk jika tindakan ini terjadi kepada bayi berumur 8 bulan!
Pelaku masih belum tertangkap hingga kini. Gerakan yang dilakukan para selebritis yang membuat semacam konser amal barangkali mampu sedikit mengurangi beban orang tua korban. Terdapat sederet nama artis ibu kota yang turut serta dalam acara ini. Informasi lengkap bisa Anda buka di link yang saya tulis di bawah.
Saya lagi-lagi menyoroti persoalan ketimuran yang selama ini digembar-gemborkan itu. Saya lagi-lagi ingin bicara tentang tubuh kaum hawa yang selalu dijadikan objek. Barangkali pelaku memang tergiur dan terangsang sebelumnya. Namun, saya masih sulit menemukan alasan bagaimana dia bisa melampiaskan hal tersebut kepada seorang bayi? Mungkin hewan bisa melakukan hubungan seksual dengan anaknya, tapi itu pun tidak semua. Kegiatan tersebut pun dilakukan untuk melanjutkan keturunan. Bukan untuk kesenangan. Hanya ada dua makhluk di dunia yang melakukan hubungan seksual tidak hanya untuk melanjutkan keturunan, tapi juga sebagai sarana mendapatkan kesenangan, yaitu manusia dan lumba-lumba. Lantas, masuk ke dalam klasifikasi apa pelaku ini?
Hewan yang dikategorikan nista seperti babi pun, bahkan masih memilih anaknya yang cukup umur untuk sebuah persenggamaan. Entahlah, saya begitu emosi menulis hal ini. Betapa tidak? Saya adalah seorang perempuan. Saya kelak melakukan kaderisasi umat dengan bereproduksi juga. Barangkali memang kita tidak usah memperdebatkan lagi persoalan perasaan orang tua korban. Membayangkannya saja sudah cukup menghancurkan hati.
Ini bangsa timur yang seringkali bicara tentang norma, kawan! Ini bangsa timur yang sedemikian naif saat membahas persoalan seksual yang tanpa sadar kita dijajah di dalamnya. Ini bangsa timur yang luar biasa menutup mata dengan realitas seksual yang terjadi di sekeliling kita. Ini bangsa timur yang senantiasa mengkerdilkan nilai perempuan dengan menjadikannya objek! Menjijikan.
Bagi saya dangkal sudah bahwa tubuh perempuan dijadikan alasan sebuah pelecehan seksual. Ini bukan lagi tentang keseksian perempuan, namun pada laki-laki yang tidak bisa mengendalikan pikirannya sendiri. Sedemikian luar biasanyakah tubuh perempuan, sehingga seorang bayi mungil pun dianggap menggiurkan? Jika pun pelecehan ini terjadi pada perempuan yang cukup umur, saya masih tidak habis pikir tentang aib dan penderitaannya seumur hidup, juga tentang stigmatisasi tentang dirinya yang dianggap nakal dengan berpakaian seksi. Halo! Ketika pun perempuan menjadi korban, lagi-lagi ada beban ganda yang harus disandangnya. Penilaian sosial. Ini lebih dari memuakan!
Cukup sudah pembelaan irasional bagi kaum pemuja arogansi patriarki. Ini tragedi! Jika kita bandingkan dengan negara timur tengah sana yang membungkus perempuannya dan sedemikian rupa mengerangkeng kegiatan sosialnya, apakah kita melihat ada tindakan manusiawi? Bahkan mereka masih tidak boleh menyetir mobilnya sendiri! Kebodohan yang dibalut agama macam apa ini?
Saya ingat dengan perbincangan saya dengan seorang teman tahun lalu. Ada salah satu kejadian yang mengenaskan terjadi di negara biadab tersebut. Seorang perempuan muda didapati berjalan bukan dengan muhrimnya. Lalu, dia dihukum orang tuanya dalam ruang isolasi selama 3 bulan. Ruangan itu berukuran kecil tanpa tempat tidur. Hanya ada ventilasi kecil di bawahnya. Dia dilarang keluar sama sekali dan diberi makan lewat ventilasi tersebut. Bahkan buang air pun harus tetap di ruangan. Lebih buruk dari perlakuan terhadap binatang! Perbuatan tersebut dilegitimasi atas nama agama. Ini yang paling menjijikan! Agama mana yang memberi ajaran penghukuman tidak manusiawi? Ini kesalahan interpretasi, kawan! Belakangan gadis itu keluar dari ruang isolasi dengan kondisi trauma berat. Inikah perlakuan manusia atas nama agama?
Hal ini yang tak henti-hentinya saya sorot. Perempuan selalu jadi objek! Betul bahwa ada sebagian hal yang bersifat adikodrati, namun kita pun harus memilah hal lain yang dibuat hasil konstruksi sosial. Subordinasi memuakan atas nama adat yang dibungkus salah tafsir nilai agama. Barangkali pada akhirnya jika banyak tindakan biadab dilakukan di negara-negara timur tengah sana, itu berkat pola pikir yang sebegitu dangkal. Perempuan diharuskan setertutup itu pun masih menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang tidak manusiawi. Lantas, perempuan yang seksi pun dinilai buruk. Apa lagi yang harus dibebankan pada kaum hawa, kawan?
Jengah pun tidak menjawab persoalan. Banyak kasus tentang perempuan yang saya pelajari dan selalu dihadapkan pada pembenturan teologis yang salah tafsir, namun pembelaan selalu terjadi dari para pemuja patriarki. Hal ini pun begitu diperkuat dengan argumen-argumen kosong tentang teologi. Persoalan sistem menjadi PR berat bagi segenap elemen bangsa. Chaos! Jangan terburu dalam menyederhanakan persoalan dengan menjawab menggunakan argumen teologis agama tertentu. Utopis! Tidakkah Anda perhatikan collaps yang terjadi beruntun di negara-negara yang notabene menganut agama besar di timur tengah sana? Bahkan masyarakat pun lelah dengan sistem diktator yang dibangun seolah-olah berasal dari agama.
Kita bangsa timur yang harus menjunjung tinggi etika ketimuran adalah pernyataan sampah! Pada realitasnya bahkan kita lebih buruk dari orang barat yang seringkali kita tuduh tidak beragama. Minimal, jika mereka melakukan ekspansi, mereka enggan bicara atas nama agama. Berbeda dengan hipokritas bangsa timur yang selalu melegitimasi penindasan atas nama agama!
Jika kita bicara tentang hak asasi manusia atau persoalan perempuan, seringkali kita dituduh agen barat, mengkerdilkan agama, dan lain-lain. Padahal yang kita bicarakan adalah nilai-nilai universal tentang kemanusiaan yang saya yakin tiap agama memiliki itu. Jika pun saya disuruh memilih, saya lebih senang dituduh agen barat yang fokus terhadap masalah kemanusiaan, daripada berkiblat pada negara agama yang miskonsepsi.
Akhirnya mereka suka membandingkan hal yang tidak relevan. Barat lebih nista lewat perlakuan tidak manusiawi lewat penyerangan negara-negara penghasil minyak. Saya pikir, tindakan tidak manusiawi di belahan dunia mana pun memang harus dilawan. Saya tidak sedikit pun membela perbuatan barat saat melakukan penjajahan dalam segala segi. Namun, haruskan tindakan pengeboman itu menjadi jawaban? Tidakkah kita bisa sedikit lebih cerdas dan bermain pada ranah kebijakan dan diplomasi yang strategis? Mengapa kita lebih senang mendoktrin mereka adalah musuh kita, sedangkan musuh sesungguhnya adalah kebodohan yang diperkuat dengan argumen salah tafsir agama? Tidak satu pun solusi yang kita buat untuk kedamaian umat manusia. Toh, negara-negara kaya timur tengah sana yang berada di bawah naungan agama pun malah bercinta dengan sekutu, bukan? Semesta yang chaos! Saya berpikir bahwa untuk mencapai titik keseimbangan jagat raya, harus ada generasi yang dimusnahkan. Terlepas lewat bencana alam atau apa pun itu.
Sebagian dari kita masih sibuk menebar kebencian lewat dalil-dalil agama. Astaga! Saya seringkali berhadapan di forum dengan orang-orang macam itu. Ternyata bahkan cara diskusi pun mereka masih harus diberi pelajaran khusus. Mereka senang melakukan penyerangan subjek. Mengatakan kafir dengan mudah dan tanpa memperhatikan etika berdiskusi. Inikah yang mereka perjuangkan? Barangkali, jika sang nabi besar masih hidup, inilah yang membuatnya menangis. Pesan kedamaian semesta yang tidak sanggup disampaikan oleh umat penerusnya. Saya percaya bahwa sang nabi tak pernah mengajarkan hal buruk macam itu. Harusnya kita malu dengan doa dan air matanya yang senantiasa muncul di tiap akhir ritualnya untuk kita, umatnya, yang menjadi pengkhianat agama paling nyata bagi semesta.
Bandung, 1 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar