Rabu, 29 Agustus 2012

Sepenggal Bias-21

Aku ingin menanggalkan biru dalam hempasan dekap yang terbaring di sepinya langitmu. Menjawab seluruh kicauan yang selama ini bicara tentang kita. Meninggalkan tema-tema usang yang melapuk di kaki sungai. Aku ingin mengalungkan seluruh emosi padamu, lelakiku.

Kita seringkali lelah memuja mimpi-mimpi kecil yang ternyata berakhir dengan sebuah pelukan. Di sini berhenti menyiram bunga-bunga asa yang letih menggauli tiap hentakan waktu. Aku ingin kamu, sahut seorang gadis di cermin dengan suara sayup. Ah, permainan dadu hanya sementara. Aku kalah.

Simpan saja cinta pada desahan ranting yang menyambutmu minggu lalu di utara. Andai saja aku benar-benar peduli, barangkali kita tak akan pernah berpikir untuk mengurai jerit. Pelan-pelan kita masuk ke dalam celotehan konyol itu. Menyakitkan saat ada dia di sampingmu untuk sekadar berkata selamat pagi. Kita terengah terhalang waktu.

Aku membaca garis-garis imajinasimu yang tergambar jalang saat kau berpeluh di sampingnya. Bah! Jangan sampai aku meneruskan cuplikan itu, lalu mengutukmu tak henti! Aku tahu bahwa aku kalah.

Kau tahu rasa ini menjagamu dari geliat perih yang biasa kita lewati bersama. Ya, aku berjalan sendiri kala itu, sedangkan kau melangkah pergi.

Dimana hati saat kau bahkan tak mengunjungi deretan sesak yang aku simpan tak beraturan di langit-langit? Aku melukis rindu sendiri di sela rintih. Siapa yang membuatmu paham arti sebuah penantian? Dia atau mereka yang hanya ingin tahu dan tak pernah peduli? Aku tak ingin menggali ciuman yang berhenti karena usai ikut duduk di sela-sela kita.

Seharum ingatan, kau tahu apa itu mencinta. Kita sempat bersama beberapa waktu. Tubuh indah yang tercerap mata sesekali mengaku ingin pulang. Kau tak di sana.

Keajaiban termanis berhenti di ujung pintu. Kau tahu apa itu merindu? Mengucapkan namamu di sedetik menuju tidur. Melafalkannya pada pesan singkat untuk kawanku. Mencuri wangimu yang diam di meja tempatku berpuisi. Sampaikan padanya yang sebentar lagi menjadi ibu, aku tak ikut serta kali ini. Habis cerita.


Bandung, 24 Agustus 2012

Tidak ada komentar: