Mungkin bisikan itu masih ada. Menghadap barat. Menantang tirai-tirai yang enggan terbuka. Kau menghadap timur. Kita berhadapan. Aku berkata pada periku, hitungan mundur untuk tiga tahun ke depan. Aku siapkan kotak. Mengemas puisi-puisiku. Memeriksa tiap lembarnya dan tak terlewat sedikit saja kata manis yang malu beradu dengan puisimu.
Apakah kau tahu, jika pun aku duduk menghadap selatan, aku sebut namamu demi ujung kabut yang aku simpan di depan tembok-tembok yang akan selalu merindukan nyanyian dini harimu, lelakiku? Ada kala aku ingin meninggalkan petak kuning dan jingga. Mengunjungimu di utara dengan dingin dan hujan di dini hari. Bercerita dengan adzan subuh. Menghabiskan berbatang-batang rokok melawan gigil dengan kopi hitam kental tanpa gula. Menyusun urutan waktu yang perlahan menjadi ilusi.
Ah, kau pun tahu aku santuni tiap genggaman tanganmu. Ini rencana yang sengaja aku tulis, sebelum nisan-nisan itu merebut tiap siluet yang aku ciptakan di garis-garis pantai, lelakiku. Bukan untuk bungamu. Bukan untuk dekapanmu. Hanya untuk raga yang meredup di tepi pintu. Aku masih simpan ingatan tentang petikan gitarmu, hingga aku enggan mendengar lagu itu sebelum kau nyanyikan lagi untukku.
Kita tidak akan pernah lupa, bukan? Cinta demi semesta yang menaungi keganjilan purnama kesebelas. Jangan dulu beranjak. Ajari aku untuk berdamai dengan senja, lelakiku. Aku melirik jari kiriku. Aku tersenyum untukmu. Mungkin suatu saat aku sematkan serta di kotak yang akan aku berikan padamu. Kotak hitam. Tak ada yang sanggup meracuni warna kelam, lelakiku. Sekuat itu aku sampaikan pesan bahwa rasaku tak pernah berkenalan dengan usai. Untukmu dari hati. Hitungan mundur.
*terinspirasi dari ketidaksengajaan melihat kotak yang saya simpan di lemari. Mungkin untuk yang satu ini tidak akan menjadi bagiannya lagi karena tidak berwarna hitam. Dari keinginan yang belum terwujud untuk menikmati udara Bandung utara dini hari sendiri… ;p
Saat berwujud ke raga, enggan sujudku terhenti pada titik kegaiban nuansa yang berjenjang lugu.
Bandung, 6 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar